Senin, 27 Oktober 2014

Kereta, Senior, Karnaval

Kereta, Senior, Karnaval.
*Cast : 
 - Kim Jong In
 - Oh Se Hun
 *Genre :
 [aku ga bisa tentuin, ff ini gaje banget] tapi mungkin Romance, Fluff.




                Sehun tak habis pikir bisa sejalur dengan senior favoritnya, Jongin. Matanya tertuju pada pria tan itu sejak ia melihat Jongin kembali dari gerbong sebelah –ke toilet, mungkin. Bibir tebalnya, kulit tan-nya, rambut pirangnya yang berantakan –oh Jongin seksi sekali.

Jangan sampai Sehun mimisan.

                Sepertinya memang Jongin agak tidak peka karena baru menyadari tatapan seseorang yang diperuntukan diinya. Sampai akhirnya Jongin sadar bahwa si pelakunya adalah Sehun, juniornya. Sehun memalingkan wajahnya ke bawah –menatap sepatu putih miliknya. Uh, sungguh menyebalkan saat ia harus menunjukan wajah menggemaskannya membuat Jongin gerah.

Jongin harus segera menembak Sehun!

                Segeralah Jongin beranjak dari tempat duduk aslinya dan berjalan mendekati Sehun. Sehun sendiri kaget akan kehadiran seseorang didepannya yang –hey, ia mengenal sepatu ini!. Sepatu merk League berwarna merah. Ini sepatu Jongin!

“Sun…bae?” Sehun tercekat. Wajah pucatnya semakin pucat (mungkin jika Sehun berbaring di dalam peti mati, orang mengira dirinya mayat). Ia lihat Jongin menyeringai.

“Hai, Sehun.”

“Hai…sun…bae.”
“Boleh aku duduk disampingmu?”
“Uhm.”

Hening.

                Jongin menahan tawa sedari tadi. Oh, lihatlah betapa polosnya bocah disampingnya? Pipinya merona begitu,manis sekali. Sebagian hatinya berkata bahwa Jongin harus mencium pipi pemuda usia enam belas di sampingnya. Namun ia harus menahan diri. Yang ada ia mempermalukan diri sendiri. Ayolah, ini tempat umum. Tak seharusnya ia melakukan hal diluar batas –mengingat tak ada hubungan lebih diantara keduanya. Walau anak berandal begini, Jongin masih memiliki sopan santun. Setidaknya begitulah jika ditempat umum.

“Apa jadwalmu setelah ini?” Jongin bertanya –berbasa basi sebentar pikirnya. Jongin rasa itu akan menjadi momen menarik.

“Pulang, dan mengerjakan tugas.” Ucap Sehun datar dan singkat. Sedatar wajahnya. Ok, Jongin tahu itu trik khusus a la Sehun untuk menutupi malunya. Sok tahu sih, tapi siapa tahu benar, ‘kan?

“Mau berjalan-jalan denganku? Kupikir ini menarik. Besok, besok, dan besoknya lagi libur, bukan? Mungkin aku juga dapat membantumu mengerjakan tugasmu. Aku tidak akan keberatan, sungguh. Aku akan datang kapanpun kau mau.” Jongin bicara itu dengan suara tidak jelas –seperti menahan sesuatu. Ia sudah tak dapat menahan tawanya. Lihatlah pipi Sehun, semakin merona!

“Jika aku tidak mau, bagaimana?”

Uh dingin sekali bocah ini, tapi kenapa pipinya –tidak, wajahnya memerah seperti itu?

“Kupaksa.”

“Oh, Tuhan. Apa salahku?”

                Dengan ‘sedikit’ paksaan, Sehun dengan terpaksa (ia tak ingin menanggung malu apabila pipinya merona akibat jatuh cinta) meng‘iya’kan ajakan Jongin.

“Kau mau apa, Sehunnie?”

Apa?

Jongin…

Apa yang ia katakan?

Ya, barusan! Apa yang ia katakan?

SEHUNNIE?

Ya Tuhan, Sehun mau pingsan saja agar dibawa pulang kerumah. Nanti ‘kan ada bibi Song dan Luhan –koki dan kakak Sehun– yang menjaga dan merawatnya. Dan ia bisa segera mengatur detak jantungnya agar kembali normal.

Namun pemikiran keduanya sangat berbanding terbalik. Mungkin saja saat ia pingsan nanti ia malah dibawa ke rumah Jongin, kekamarnya, lalu berbuat hal tak senonoh. Atau membawa ke rumah sakit? Tidak, jangan. Sehun trauma dengan rumah sakit.

Terasa ambigu.

“Apa yang kau pikirkan, heum?”

“Ti..dak.”

                Dan akhirnya sampailah mereka di tempat yang sangat ramai pengunjung dengan aneka dagangan dan permainan yang disuguhkan di dalam tempat itu. Karnaval. Jongin mengajak Sehun ke karnaval dan Sehun menganga. Ya Tuhan sudah hampir sembilan tahun aku tidak datang ke karnaval dan aku merindukannya! Terima kasih Jongin sunbae, Tuhan memberkatimu!

“Oh, aku tahu yang kau pikirkan. Tak usah berterima kasih, Sehunnie..” Ujar Jongin tanpa beban apapun. Tak tahukah Jongin kalau Sehun sedang tersipu malu sehingga pipinya merah? Oh memalukan, sungguh. Jika kakaknya tahu, Sehun sudah ditertawai.

Sehun yakin.

                Jongin menggapai tangan Sehun dan menggandengnya. Erat tetapi nyaman dan hangat. Sehun menyukainya. Sehun menyukai hal-hal yang Jongin lakukan (sejak bertemu di gerbong kereta tadi).

“A-ah, sun…bae?”

“Ada apa?”

“Tidak.”

Uh, tubuh Sehun memanas, berkeringat, dan pipinya lebih merona dibanding tadi.

“Mau bermain apa?”

“Uhm, aku bingung, sunbae. Aku ingin membeli beberapa cemilan saja. Kau mau apa, sunbae?”

“Kembang gula?”

“Um, boleh.”

                Ingin sekali Sehun meledak. Sungguh. Ia merasa jantungnya tak dapat terkontrol. Jantungnya berdetak sangat kencang. Sial. Ia sangat berharap bahwa ia memiliki hubungan lebih dengan Jongin. Setidaknya tidak ada perasaan cemas lagi.

Cemas dengan Jongin kalau ternyata ia memiliki kekasih.

“Ehm.., Sehun?”

“Ya, sunbae?”

“Dengarkan aku. Dengan banyak orang menjadi saksi disini. Aku…, MAUKAH KAU MENJADI KEKASIHKU?”

Dan semua orang bertepuk tangan.

Jongin…apakah dia sudah merencanakannya?

“Aku tahu ini tidak romantis dan memalukan. Tapi kuharap kau menerimaku.”

                Sehun mengangguk mantap. Tak ada beban didalamnya. Ia bahagia. Akhirnya ia dapat mengetahui apa isi hati Jongin. Ia terharu. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan tangan lainnya ia gunakan untuk mengusap air matanya.

“Mau, sunbae…, aku menerimanya.”

                Jongin mendekati Sehun. Menghapus jarak diantara mereka. Jongin mengusap pipi Sehun lembut. Lalu mencium mata sembab Sehun dan berbisik, “Jangan lagi panggil aku sunbae, sayang.” Dan Sehun mengangguk pelan. Jongin mencium pipi Sehun –meskipun hanya sekilas, tapi itu bisa membuat tubuh Sehun melemas. Sehun memeluk Jongin dan mengatakan, “Baiklah, Jongin. Aku tak akan memanggilmu sunbae lagi. Aku mencintaimu.”

“Aku lebih mencintaimu, sayang. Aku mencintaimu dan menyayangimu.”

                Pelukan Sehun dipinggang Jongin makin erat. Ia tenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jongin dalam-dalam. Pipinya merona hebat. Tak menyangka bahwa akan terjadi hal ini. “Mulai hari ini, kau miliku, dan aku milikmu.” Ucap Jongin berbisik, tepat ditelinga Sehun membuat Sehun merasakan rasa geli (yang menyenangkan) di area telinganya.

“Uhm, terima kasih Jongin. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat mencintaimu!”

Dan hari itu, di sore itu, di tengah karnaval, mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

END

WAAAH!!

Masih ga dapet feelnya, kukira gitu.

Aku ga nges/? Sama sekali baca ini. Ini bukan kurang dapet, tapi..

SAMA SEKALI GA DAPET FEELNYA!

Dan ini bener-bener ga cocok dijadiin ‘FF ROMANCE’ karena emang ga romantis sama sekali. Huh, apalagi sweet, gak banget ;;-;;