.
.
.
.
CHAPTER 3
Oh, Syukurlah itu suara Minseok hyung!
Oh
astaga. Sehun tercengang. Itu…bukan Minseok. Bukan seseorang yang ia harapkan.
Kini dihadapannya ada seorang lelaki manis nan cantik –sebelas duabelas dengan
Minseok. Agak mengerikan melihat fisik lelaki itu yang banyak terdapat
goresan-goresan luka disekitar leher dan wajah (walau Sehun akui, kecantikan
lelaki itu tak berkurang). Sehun memperhatikan lelaki-yang-sedang-menampakan-wajah-bingung-yang-lucu
dari ujung kepala hingga ujung–
Ya Tuhan, Sehun hampir pingsan!
Lelaki itu tak memiliki kaki.
Bukan, bukan! Bukan tidak
memiliki kaki dalam artian cacat fisik seperti patah kaki atau amputasi kaki
atau semacamnya. Sungguh sangat mengerikan! Makin mata Sehun menuju kebawah,
makin transparan tubuh lelaki itu. Lelaki itu melayang tanpa kaki. Oh-tidak.
“Hai, apa kau yang membaca suratku, tuan Oh
Sehun?”
Ya
Tuhan, Tuhan, Tuhan, Sehun menangis! Matanya melotot. Rasanya ajal sudah didepan
mata. Lelaki ini…seperti iblis yang menyamar dengan wajah malaikat. Ia membuat
orang-orang masuk dalam perangkapnya dengan pesonanya dan setelah itu
menghancurkannya satu persatu.
Kira-kira begitulah perumpamaannya.
Tapi entah tadi
mata Sehun sedang agak tidak teliti atau bagaimana, kaki lelaki di hadapannya
muncul, tanpa alas kaki. Lelaki tadi duduk di samping Sehun dan sontak Sehun
agak menghndar. “Jangan takut padaku, Sehun-ah. Aku tak akan menyakitimu, aku
berjanji. Oh, ya, aku Xi Luhan, mari kita berteman! Kau maau ‘kan?”
Dan pandangan Sehun seketika menggelap.
--
“Ia benar-benar tidak apa-apa ‘kan?”
Minseok bertanya
dengan ekspresi khawatir. Bagaimana tidak? Sehun adalah teman sekamarnya,
sahabatnya, anggota kelompoknya yang paling muda, dan tentu ia ketua di
kelompok. Tentunya ia harus bertanggung jawab.
“Tenang saja, ia hanya kaget melihatku.” Jawab Luhan enteng.
“Tapi kau...siapa?” Baekhyun bertanya penuh selidik. Luhan tampak
sedang berpikir namun setelahnya ia menjawabnya dengan lancar, “Aku warga
sekitar sini. Ya, bukan desa ini sih. Desa sebelah. Tapi aku sedang menginap di
rumah temanku yang kebetulan warga desa ini.”
“Siapa namanya?” Dan Kyungsoo sepertinya sagat curiga dengan Luhan.
“Shin Donghee, si gempal tampan dan saudara sepupu kurusnya yang
cantik, Kim Heechul.” Lagi-lagi Luhan menjawabnya tanpa beban.
“Dimana rumahnya?” Jongin giliran bertanya. Mata si kulit tan itu
memicing ke arah Luhan. Luhan tersenyum, “Sepertinya kalian curiga sekali
padaku. Tapi, tak apa, rumah mereka beberapa blok saja dari sini.”
Dan terakhir, Chanyeol yang bertanya, “Kau bisa masuk lewat mana?
Bukankah ini sudah tengah malam?”
Luhan makin tersenyum lebar, “Pintu belakang lantai atas. Aku tidak
tahu jika yang kumasuki adalah sebuah kamar. Maafkan aku.” Dan Luhan ‘pun
menunduk.
“Jangan salahkan dia, dia temanku.” Dan seseorang yang tak sadar
langsung menyambung. Sehun, kapan dia sadar? Mengapa ia seperti dapat mendengar
semuanya? Luhan menyeringai tipis kearah Sehun, dan izin pergi.
Luhan sudah pulang
(itulah pemikiran mereka). Sekarang mereka tidak bisa terlelap dan malah
terjaga. Sehun bersuara tiba-tiba setelah keheningan menguasai, “Hyung, tak
keberatankah jika aku bercerita?” Dan semua mengangguk.
“Jadi...”
Semuanya menoleh kearah Sehun. Tiba-tiba Sehun
melamun tanpa alasan. Tak jelas, tiba-tiba saja ia melamun. Ia berekspresi
datar sekarang.
“...Minseok hyung, Luhan hyung akan menginap. Tolong kau pindah ke
kamar Kyungsoo dan Jongin. Disana ada 3 kasur, bukan?”
TBC
HUAHAHA PENDEK YA? DERITA DEH :V
Tidak ada komentar:
Posting Komentar