Senin, 05 Januari 2015

Blood [Chapter 3]

Mumpung ada waktu buat ngepost, jadi sekalian, haha. Ini juga sebagai permintaan maafku waktu aku ngaretttt :v
.
.
.
.
CHAPTER 3
 


Oh, Syukurlah itu suara Minseok hyung!
                Oh astaga. Sehun tercengang. Itu…bukan Minseok. Bukan seseorang yang ia harapkan. Kini dihadapannya ada seorang lelaki manis nan cantik –sebelas duabelas dengan Minseok. Agak mengerikan melihat fisik lelaki itu yang banyak terdapat goresan-goresan luka disekitar leher dan wajah (walau Sehun akui, kecantikan lelaki itu tak berkurang). Sehun memperhatikan lelaki-yang-sedang-menampakan-wajah-bingung-yang-lucu dari ujung kepala hingga ujung–
Ya Tuhan, Sehun hampir pingsan!
Lelaki itu tak memiliki kaki.
                Bukan, bukan! Bukan tidak memiliki kaki dalam artian cacat fisik seperti patah kaki atau amputasi kaki atau semacamnya. Sungguh sangat mengerikan! Makin mata Sehun menuju kebawah, makin transparan tubuh lelaki itu. Lelaki itu melayang tanpa kaki. Oh-tidak.
“Hai, apa kau yang membaca suratku, tuan Oh Sehun?”
                Ya Tuhan, Tuhan, Tuhan, Sehun menangis! Matanya melotot. Rasanya ajal sudah didepan mata. Lelaki ini…seperti iblis yang menyamar dengan wajah malaikat. Ia membuat orang-orang masuk dalam perangkapnya dengan pesonanya dan setelah itu menghancurkannya satu persatu.
Kira-kira begitulah perumpamaannya.
                Tapi entah tadi mata Sehun sedang agak tidak teliti atau bagaimana, kaki lelaki di hadapannya muncul, tanpa alas kaki. Lelaki tadi duduk di samping Sehun dan sontak Sehun agak menghndar. “Jangan takut padaku, Sehun-ah. Aku tak akan menyakitimu, aku berjanji. Oh, ya, aku Xi Luhan, mari kita berteman! Kau maau ‘kan?”
Dan pandangan Sehun seketika menggelap.
--
“Ia benar-benar tidak apa-apa ‘kan?”
                Minseok bertanya dengan ekspresi khawatir. Bagaimana tidak? Sehun adalah teman sekamarnya, sahabatnya, anggota kelompoknya yang paling muda, dan tentu ia ketua di kelompok. Tentunya ia harus bertanggung jawab.
“Tenang saja, ia hanya kaget melihatku.” Jawab Luhan enteng.
“Tapi kau...siapa?” Baekhyun bertanya penuh selidik. Luhan tampak sedang berpikir namun setelahnya ia menjawabnya dengan lancar, “Aku warga sekitar sini. Ya, bukan desa ini sih. Desa sebelah. Tapi aku sedang menginap di rumah temanku yang kebetulan warga desa ini.”
“Siapa namanya?” Dan Kyungsoo sepertinya sagat curiga dengan Luhan.
“Shin Donghee, si gempal tampan dan saudara sepupu kurusnya yang cantik, Kim Heechul.” Lagi-lagi Luhan menjawabnya tanpa beban.
“Dimana rumahnya?” Jongin giliran bertanya. Mata si kulit tan itu memicing ke arah Luhan. Luhan tersenyum, “Sepertinya kalian curiga sekali padaku. Tapi, tak apa, rumah mereka beberapa blok saja dari sini.”
Dan terakhir, Chanyeol yang bertanya, “Kau bisa masuk lewat mana? Bukankah ini sudah tengah malam?”
Luhan makin tersenyum lebar, “Pintu belakang lantai atas. Aku tidak tahu jika yang kumasuki adalah sebuah kamar. Maafkan aku.” Dan Luhan ‘pun menunduk.
“Jangan salahkan dia, dia temanku.” Dan seseorang yang tak sadar langsung menyambung. Sehun, kapan dia sadar? Mengapa ia seperti dapat mendengar semuanya? Luhan menyeringai tipis kearah Sehun, dan izin pergi.
                Luhan sudah pulang (itulah pemikiran mereka). Sekarang mereka tidak bisa terlelap dan malah terjaga. Sehun bersuara tiba-tiba setelah keheningan menguasai, “Hyung, tak keberatankah jika aku bercerita?” Dan semua mengangguk.
“Jadi...”
Semuanya menoleh kearah Sehun. Tiba-tiba Sehun melamun tanpa alasan. Tak jelas, tiba-tiba saja ia melamun. Ia berekspresi datar sekarang.
“...Minseok hyung, Luhan hyung akan menginap. Tolong kau pindah ke kamar Kyungsoo dan Jongin. Disana ada 3 kasur, bukan?”

TBC
HUAHAHA PENDEK YA? DERITA DEH :V 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar